For You

YOLO Mulai Ditinggalkan, Tren Gaya Hidup 2025 Beralih ke YONO

×

YOLO Mulai Ditinggalkan, Tren Gaya Hidup 2025 Beralih ke YONO

Sebarkan artikel ini

FAJAR.CO.ID – Pernah dengar istilah YONO? Terminologi ini tidak terkait dengan nama orang ya. YONO ini singkatan dari You Only Need One.

Terminologi ini antitesa dari Fear of Missing Out (FOMO) dan You Only Live Once (YOLO). Kedua istilah ini juga lumayan populer dalam beberapa waktu terakhir.

Nah, tren gaya hidup YONO ini mulai banyak diterapkan seiring dengan semakin banyaknya yang meninggalkan gaya hidup YOLO yang menekankan hidup cuma sekali, sehingga manfaatkan waktu dan penghasilan untuk memenuhi semua kesenangan.

Kini, mulai banyak yang beralih dari tren gaya hidup YOLO ke YONO. Tren YOLO ini dianggap sebagai gaya hidup yang boros. Pola pikir YOLO kadang diasosiasikan dengan kesulitan kalangan muda untuk mendapatkan kebutuhan dasar, seperti perumahan dan lainnya.

Kesulitan tersebut terjadi karena pendapatan seringkali dihabiskan hanya untuk kegiatan yang berhubungan dengan kesenangan jangka pendek.

Dalam artikel Forbes berjudul “A YOLO Mindset Inspires People To Frequently Switch Jobs In Pursuit Of Meaning, Purpose, And Better Pay”, anak muda disebut mengadopsi filosofi YOLO dalam konteks kariernya. Mereka lebih memilih untuk sering berpindah pekerjaan demi mencari peluang yang lebih baik, bukan hanya untuk mendapatkan gaji lebih tinggi.

Gaya hidup YOLO juga sering dikaitkan dengan budaya media sosial, di mana banyak orang memamerkan pengalaman mewah mereka, dari liburan hingga aktivitas seru.

Namun, meskipun YOLO memberikan rasa kebebasan dan kepuasan, filosofi ini juga bisa membawa tantangan dalam perencanaan keuangan jangka panjang.

Tanpa pengelolaan yang bijak, kebebasan finansial bisa cepat menguap, meninggalkan seseorang dengan sedikit cadangan uang untuk masa depan.

Sebaliknya, anak-anak muda mulai menikmati gaya hidup YONO. Anak-anak muda di Korea Selatan, misalnya, mulai menerapkan tren gaya hidup ini, dianggap sebagai gaya hidup lebih hemat dan sesuai dengan kondisi hidup di perkotaan.

You Only Need One atau YONO ini berkaitan dengan pola pikir yang bertolak belakang dengan gaya hidup konsumtif. YONO ini menekankan fungsi pada sesuatu barang.

Misalnya, ketika sudah memiliki satu ponsel, maka akan menggunakan ponsel tersebut sesuai fungsinya tanpa memikirkan untuk membeli ponsel lain yang juga sama fungsinya.

Jadi, gaya hidup ini menitikberatkan pada upaya mengurangi pengeluaran yang dianggap tidak penting. Sebaliknya, orang-orang yang menerapkan gaya hidup YONO mulai memikirkan dan memprioritaskan konsumsi yang dianggap penting.

Kondisi keuangan global yang mulai cenderung sulit di tengah inflasi, nilai tukar mata uang, dan bunga yang tinggi telah menciptakan ketidakpastian ekonomi di tengah Masyarakat. Sebagai antisipasi ketidakpastian tersebut, anak-anak muda mulai memikirkan gaya hidup yang lebih hemat.

Pola pikir yang mengutamakan fungsi daripada sekadar gengsi ini membuat mulai banyak anak muda yang lebih memilih barang bekas atau thrift, alih-alih membeli barang baru dan bermerek terkenal. (*)