ZUPERZ- Menteri Pertanian Jepang Taku Eto mengundurkan diri dari jabatannya pada Rabu (21/5/2025) setelah mendapatkan reaksi keras atas pengakuan kontroversial.
Anggota Kabinet Ishiba itu, sebelumnya mengaku ia tidak membeli bahan makanan pokok tersebut lantaran menerima begitu banyak beras dari para pendukungnya.
Komentar tersebut langsung mendapat reaksi keras dari warga Jepang di tengah kenaikan harga beras yang melambung tinggi.
“Saya bertanya pada diri sendiri apakah pantas bagi saya untuk tetap memegang kendali (kementerian) di saat harga beras sedang kritis,” kata Eto kepada wartawan setelah mengajukan pengunduran dirinya kepada Perdana Menteri Shigeru Ishiba, seperti dikutip Kyodo News.
“Sekali lagi, saya minta maaf kepada masyarakat karena telah membuat komentar yang sangat tidak pantas sebagai menteri saat mereka sedang berjuang menghadapi harga beras yang melonjak,” katanya.
Tindakan yang dilakukan Taku Eto menggambarkan seberapa besar rasa malu yang dijunjung tinggi oleh Jepang secara turun-temurun.
Budaya malu (dalam bahasa Jepang: 恥ずかしさ, hajizukashisa) adalah salah satu aspek penting dalam masyarakat Jepang, yang mencakup rasa malu karena tindakan yang tidak sesuai dengan norma dan harapan sosial.
Budaya malu di Jepang merupakan suatu sistem nilai yang sangat kuat yang memengaruhi perilaku sosial dan moral masyarakat.
Dalam budaya itu, sangat menekankan pentingnya kesadaran akan norma dan harapan sosial, serta rasa bertanggung jawab untuk menjaga nama baik dan reputasi.
Ini bukan sekadar perasaan bersalah, melainkan lebih ke kesadaran akan tanggung jawab sosial dan moral, seperti berikut:
- Pentingnya Budaya Malu
Budaya malu menjadi dasar dalam menentukan tindakan dan interaksi sosial di Jepang.
Orang Jepang cenderung menghindari tindakan yang dapat menyebabkan rasa malu atau bahkan dianggap memalukan oleh masyarakat.
- Dua Jenis Rasa Malu
Kouchi (malu umum): Merasa malu karena mendapatkan perhatian negatif dari orang lain, seperti teguran, sindiran, atau ejekan.
Shichi (malu pribadi): Merasa malu karena merasa tidak sesuai dengan standar atau harapan diri sendiri.
- Tindakan dan Akibat
Tindakan yang melanggar norma atau harapan sosial dapat menyebabkan rasa malu yang kuat.
Dalam beberapa kasus, rasa malu ini dapat mendorong seseorang untuk melakukan tindakan ekstrem, seperti bunuh diri (seppuku atau harakiri), untuk memulihkan kehormatan.
- Contoh Konkret
Membuang sampah sembarangan dianggap memalukan karena bertentangan dengan norma kebersihan dan keindahan yang dihormati di Jepang.
Korupsi dianggap memalukan dan seringkali menyebabkan pejabat yang terlibat mengundurkan diri atau bahkan melakukan bunuh diri.
Meminjam uang dan tidak mengembalikannya dianggap memalukan.
- Budaya Malu dan Tanggung Jawab Sosial
Budaya malu menekankan pentingnya menjaga nama baik dan reputasi sosial.
Orang Jepang akan berusaha untuk tidak menyebabkan malu atau merusak nama baik orang lain.(*)