ZUPERZ – Di era serba digital seperti sekarang, layanan pembayaran tunda alias PayLater semakin populer di kalangan anak muda. Hanya dengan beberapa sentuhan layar, barang impian bisa langsung dibawa pulang tanpa harus bayar di muka. Sekilas terlihat praktis dan memudahkan, tapi kenyataannya, fitur ini bisa menjadi jebakan jika tidak digunakan secara bijak.
Kecenderungan ini tak lepas dari gaya hidup konsumtif generasi muda yang cenderung mengutamakan keinginan ketimbang kebutuhan. Banyak yang tergoda menggunakan PayLater untuk belanja impulsif tanpa mempertimbangkan kemampuan finansial mereka sendiri.
Karena merasa tidak langsung mengeluarkan uang, keputusan membeli pun jadi lebih cepat diambil tanpa banyak pertimbangan. Namun ketika tagihan datang di akhir bulan, barulah kebingungan muncul gaji pas-pasan tak cukup untuk menutup seluruh cicilan yang menumpuk.
Tak sedikit pula yang menyepelekan beban tambahan seperti bunga dan denda. Meski beberapa platform menjanjikan bunga 0%, kenyataannya keterlambatan pembayaran bisa dikenai denda tinggi yang terus bertambah setiap harinya. Dalam kasus tertentu, bunga harian bisa mencapai 2–3%, dan jika diakumulasi dalam sebulan, nilainya bisa jauh lebih besar dari harga barang itu sendiri. Jika terus berulang, bukan hanya dompet yang tersiksa, tapi juga bisa berdampak pada reputasi kredit seseorang.
Lebih dari itu, kebiasaan menggunakan PayLater secara sembarangan bisa merusak fondasi keuangan pribadi. Pola “beli sekarang, bayar nanti” menggantikan prinsip menabung, dan akhirnya membuat penghasilan bulanan hanya sekadar lewat untuk menutup utang yang terus bertambah. Tanpa disadari, pengguna terjebak dalam lingkaran utang yang sulit diputus habis bayar cicilan, muncul keinginan belanja lagi, dan begitu seterusnya.
Dampaknya tak hanya terasa secara finansial, tapi juga mental. Rasa stres karena tagihan menumpuk, ditambah tekanan dari pesan penagihan atau bahkan telepon dari pihak penyedia layanan, bisa mengganggu keseharian dan hubungan sosial. Tak jarang, mereka yang terhimpit situasi seperti ini akhirnya harus meminjam ke teman atau keluarga demi menutup utang PayLater, yang kemudian memicu konflik baru dalam hubungan personal.
Namun, bukan berarti PayLater adalah musuh. Layanan ini tetap bisa bermanfaat jika digunakan dengan cermat dan untuk kebutuhan yang benar-benar mendesak. Prinsip dasarnya: jangan gunakan PayLater untuk gaya hidup, gunakan untuk kebutuhan yang tak bisa ditunda. Jika belum punya dana, lebih baik menabung dulu sampai cukup. Membeli barang dengan uang sendiri bukan hanya lebih aman secara finansial, tapi juga memberikan kepuasan tersendiri.
Untuk anak muda zaman sekarang, penting untuk mengasah literasi finansial sejak dini. Pilihan-pilihan kecil seperti bijak menggunakan PayLater bisa menjadi langkah awal menuju kondisi keuangan yang sehat dan stabil di masa depan. Jangan biarkan kemudahan hari ini menjebak kamu dalam masalah besar nanti. (*)