ZUPERZ– Bagi mahasiswa tingkat akhir, skripsi bukan cuma soal akademik, tapi juga tentang perjuangan mental dan emosional. Di saat sibuk menyusun bab demi bab, banyak yang juga harus menghadapi kisah cinta yang mulai retak, dosen pembimbing yang susah dihubungi, dan tenggat waktu yang makin mendekat. Perjuangan ini nyata dan kadang membuat bertanya-tanya: “Skripsi ini ujian akademik atau ujian hidup?”
1. Cinta yang Tak Lagi Manis Saat Skripsi Menyerang
Banyak pasangan yang awalnya mesra, tiba-tiba renggang saat masa skripsi datang. Waktu yang dulu untuk quality time berubah jadi sesi revisi. Janji nonton film diganti dengan janji temu dosen pembimbing. Nggak heran kalau banyak pasangan memilih “break dulu” karena sama-sama stres.
Namun, ada juga yang justru saling menyemangati. Sama-sama skripsian, sama-sama stres, tapi tetap saling dukung. Kalau kamu dan pasanganmu bisa melewati fase ini, besar kemungkinan kalian siap menghadapi hidup setelah wisuda.
2. Dosen Pembimbing: Antara Harapan dan Kenyataan
Dosen pembimbing ideal itu responsif, suportif, dan memberikan arahan yang jelas. Tapi dalam kenyataan, banyak mahasiswa harus ekstra sabar. Ada yang sudah kirim revisi sejak dua minggu lalu, tapi belum juga dibalas. Ada juga yang harus antri berjam-jam hanya untuk konsultasi 10 menit.
Meski menyebalkan, sebenarnya dosen pembimbing juga punya banyak kesibukan dan tanggung jawab. Kuncinya adalah komunikasi yang sopan, konsisten follow up, dan jangan menyerah meskipun rasanya seperti dighosting.
3. Deadline: Penyemangat atau Penyiksa?
Tidak ada yang lebih menegangkan dari kata “deadline”. Mepetnya tenggat waktu kadang membuat mahasiswa mengerjakan skripsi dalam mode darurat: begadang, minum kopi berlebihan, sampai lupa makan. Bahkan ada yang menulis Bab 4 dan 5 dalam satu malam. Risiko? Tentu ada. Tapi semangat mepet deadline kadang justru memunculkan kekuatan super.
Supaya nggak “lari marathon” di akhir, lebih baik mulai sedikit demi sedikit sejak awal. Buat jadwal kerja, tentukan target mingguan, dan hindari terlalu banyak distraksi.
Menulis skripsi memang tidak gampang. Tapi kamu pasti bisa menjalaninya. Cinta tetap bisa dijaga jika saling mengerti, bimbingan bisa berjalan lancar jika kita sabar dan aktif, dan deadline bisa ditaklukkan kalau kamu pandai atur waktu.
Ingat, kamu tidak sendiri. Semua mahasiswa pernah ada di fase ini. Yang membedakan hanya satu: siapa yang tetap jalan, dan siapa yang berhenti di tengah jalan. (MG/Wahyuni)