Kemacetan ekstrem terjadi di jalur menuju Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, terutama pada pekan ketiga Juli 2025. Antrean kendaraan, khususnya truk-truk besar, dilaporkan mengular hingga puluhan kilometer, sehingga menjadi sorotan publik dan pemerintah daerah.
Pemerintah Provinsi Jawa Timur menyatakan kondisi tersebut membutuhkan penanganan cepat. Surat resmi telah dikirimkan kepada Kementerian Perhubungan untuk meminta solusi atas kemacetan yang terjadi.
Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Timur, Nyono, menjelaskan bahwa kemacetan dipicu oleh berkurangnya jumlah kapal yang diizinkan beroperasi di lintasan Ketapang–Gilimanuk, menyusul insiden tenggelamnya kapal KMP Tunu Pratama Jaya pada 2 Juli 2025 lalu.
“Dari 15 kapal yang sebelumnya aktif melayani penyeberangan, kini hanya enam kapal yang diizinkan beroperasi,” ujar Nyono, dikutip dari Antara, Sabtu (26/7/2025).
Pengurangan tersebut merupakan bagian dari evaluasi keselamatan yang dilakukan oleh KSOP Tanjungwangi, selaku otoritas pelayaran. Selain jumlah kapal, kapasitas angkut juga mengalami penyesuaian drastis. Kapal yang sebelumnya mampu mengangkut 20 kendaraan kini hanya diperbolehkan memuat lima unit saja.
Penyesuaian ini dilakukan demi keselamatan pelayaran, terutama terkait beban dan panjang ramp door pada kapal jenis LCT (Landing Craft Tank) yang digunakan di lintasan tersebut.